Sunday, November 2, 2014

Pencegahan dan Penanggulangan Malaria

Prisilia Pineng (101511156)
Rina Nitalessy (101511228)
Debby Roring (101511041)



Pengendalian vector nyamuk
Di lokasi penampungan pengungsi penyakit malaria sangat mungkin terjadi. Hal ini terutama penampungan pengungsi terletak pada daerah yang endemis malaria atau pengungsi dari daerah endemis datang ke lokasi penampungan pengungsi pada daerah yang tidak ada
kasusnya tetapi terdapat vektor (daerah reseptif malaria). Pencegahan penyakit menular dapat dilakukan melalui beberapa cara berikut:

1. Pencegahan gigitan nyamuk
Beberapa cara pencegahan penularan malaria antara lain, mencegah gigitan nyamuk dengan cara:
▪ Tidur dalam kelambu (kelambu biasa atau yang berinsektisida)
▪ Memasang kawat kasa
▪ Menggunakan repelen (cream anti nyamuk)
▪ Membakar obat nyamuk
▪ Pencegahan dengan obat anti malaria (profilaksis)

Pengobatan pencegahan malaria diberikan kepada kelompok berisiko tertular malaria seperti:
▪ pendatang dan perorangan atau sekelompok orang yang non-imun yang akan dan sedang di daerah endemis malaria
▪ Ibu hamil (sasarannya adalah ibu hamil di daerah endemis malaria).

2. Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan dapat mencegah, mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan vektor, antara lain:
▪ Pengeringan
▪ Pengaliran
▪ Pembersihan lumut
▪ Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah perkembangan larva nyamuk Anopheles sundaicus, yang merupakan vektor utama malaria di daerah pantai. Larva nyamuk ini suka hidup pada lumut di lagun-lagun daerah pantai. Dengan pembersihan lumut ini, maka dapat mencegah perkembangan nyamuk An. sundaicus

Pemberantasan malaria melalui pengobatan penderita yang tersangka malaria atau terbukti positif secara laboratorium, serta pengendalian nyamuk melalui perbaikan lingkungan.

Tindakan pencegahan penyakit DBD adalah dengan memutuskan rantai penularan yaitu mencegah gigitan nyamuk vektor DBD, dengan pemberantasan sarang nyamuk penular dan membasmi jentik nyamuk di tempat perindukannya.

Tindakan-tindakan pencegahan penyakit DBD adalah sebagai berikut:
· Kimiawi dengan pengasapan menggunakan insektisida dan larvasidasi
· Biologi dengan memelihara ikan larvavorus (gambusia affinisdan ikan adu)
· Fisik yang dikenal dengan kegiatan 3 M plus (menguras, menutus dan mengubur) serta memasang kawat kasa, ventilasi ruang yang memadai, menggunakan kelambu, memakai repellent, dan lain-lain.

Ukuran keberhasilan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) antara lain diukur dengan Angka Bebas jentik (ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. ABJ ini diperoleh dengan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan.

Pengendalian Vektor Nyamuk, Tikus, Lalat dan Kecoa

Prisilia Pineng (101511156)
Rina Nitalessy (101511228)
Debby Roring (101511041)



Pengendalian vektor terpadu dilaksanakan secara bersama dari beberapa metode, meliputi pengendalian fisik, biologi, kimia dan pemberdayaan masyarakat.
Pengendalian fisik dapat berupa penimbunan kolam, pengangkatan tumbuhan air, pengeringan sawah secara berkala setidaknya setiap dua minggu sekali dan pemasangan kawat kasa pada jendela.
Pengendalian biologi dapat berupa penebaran ikan dan Bacillus thuringiensis serta predator larva lainnya.

Pengendalian vektor DBD

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
PSN dilakukan dengan kegiatan 3M (mengubur,
menguras dan mengubur).
2.Pemasangan Ovietrap
Ovietrap adalah perangkap telur nyamuk, dengan meletakan tempat penampungan air di dalam maupun di luar rumah, dan membuang/mengganti airnya seminggu sekali.
3. Pengendalian Biologi
Menggunakan ikan predator larva, dan penaburan parasit dan Bacillus thuringiensis
4. Pengendalian Kimia
Menggunakan bahan kimia, seperti fogging, abate dan insektisida rumah tangga.
5. Repellent/Pengusir Nyamuk
Repellent digunakan saat jam kepadatan vektor tinggi, atau akan ke tempat-tempat umum yang memungkinkan kontak dengan nyamuk.


Pengendalian nyamuk Culex spp sebagai serangga pengganggu
Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Pengendalian secara mekanik
Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan dan membersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan sebagai sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.

2. Pengendalian secara biologi
Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah, gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari misalnya tumbuhan bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap lingkungan. Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari rumah.

3. Pengendalian secara kimia.
Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber larva secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani dengan cara lain.


Pengendalian Tikus
Beberapa metode pengendalian tikus sebagai yaitu:
1. Secara mekanik dan sanitasi
2. Memasang traps
3. Memberi Umpan
4. Caution to rodent trapping/safe handling


Pengendalian Lalat dan Kecoa
Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, gudang, perkantoran, perpustakaan, dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan. Aktif pada malam hari di dapur, tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor.

Pada umumnya pengendalian kecoa dilakukan dengan menyemprotkan insektisida sintesis. Penggunaan insektisida sintesis memang memiliki beberapa keuntungan seperti kemudahan dalam mengoperasikannya, efektifitas yang tinggi, daya kerja yang cepat, dapat digunakan setiap waktu, serta mudah diperoleh. Namun penggunaan insektisida yang tidak tepat dan berlebihan secara terus menerus dapat mengakibatkan terjadinya resistensi pada serangga terhadap insektisida tersebut.

Beberapa metode dalam pengendalian lalat dan kecoa yaitu:
1. Traps and screen
2. Chemical control

Pemberantasan Lalat sebagai Vektor Penyakit

Prisilia Pineng (101511156)
Rina Nitalessy (101511228)
Debby Roring (101511041)


Pemberantasan Lalat
Usaha pemberantasan lalat meliputi:
a. Tindakan penyehatan lingkungan
· Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat
· Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat
b. Membasmi larva lalat
c. Membasmi lalat dewasa
Usaha pemberantasan lalat harus merupakan salah satu program kesehatan lingkungan dari tiap-tiap Dinas Kesehatn Rakyat. Kadang-kadang perlu diadakan kampanye pembasmian lalat untuk menarik perhatian dan mendapatkan kerjasama serta bantuan masyarakat dalam sebuah ”Community fly control program”. 
Program semacam ini harus direncanakan dan dipersiapkan dengan seksama satu usaha kerjasama dari seluruh masyarakat karena usaha yang dilakukan secara individual tidak akan berhasil disebabkan jarak terbang lalat yang jauh.
Untuk satu community fly-control program perlu terlebih dulu dilakukan survey pendahuluan yang meliputi seluruh daerah untuk mencari tempat-tempat pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Juga perlu diselidiki fly density dari jenis-jenis lalat yang terpenting di daerah itu. Survey pendahuluan ini diperlukan untuk dapat menentukan luasnya daerah yang harus dikontrol maupun intensitas serta macam tindakan pemberantasan yang perlu diambil.
Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan harus merupakan tindakan-tindakan pokok terpenting untuk pemberantasan lalat, karena penggunaan zat-zat kimia saja tidak dapat menggantikan usaha-usaha sanitasi.
Hasil-hasil dari community fly-control program harus selalu dievaluasi dengan pemeriksaan fly-dencity pada waktu-waktu tertentu untuk menentukan effektivitas dari tindakan-tindakan pemberantasan yang dijalankan dan untuk menentukan dimana dan apabila tindakantindakan pemberantasan itu diperlukan. Untuk menentukan fly-density harus selalu dipakai alat dan cara yang sama supaya angkaangka dapat dipakai untuk perbandingan.
”Scudder grille” dapat dipakai untuk mengukur fly density. Untuk mengukur fly density scudder grill diletakkan diatas umpan, misalnya sampah atau kotoran hewan, lalu dihitung jumlah lalat yang hinggap diatas scudder griilitu.

Disamping menghitung jumlah dapat juga diperiksa jenis lalat. Kadang-kadang juga dipakai alat penangkap lalat. Ada banyak model penangkap lalat.
Prinsipnya ialah lalat diumpan supaya masuk kedalam alat penangkap dan tidak bisa keluar lagi. Juga dengan cara ini bisa diukur kepadatan lalat (fly density) dan jenis-jenis lalat disatu daerah.
Community fly-control program harus dipimpin oleh Dinas Kesehatan Rakyat karena Dinas Kesehatan Rakyat yang mempunyai wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan kalau perlu dan mempunyai hubungan langsung dengan perusahaan, restoran-restoran dan instansi-instansi dalam hubungan dengan pengawasan kesehatan lingkungan.

Pembasmian Larva Lalat
Kotoran hewan ternak kalau setiap hari diangkat dari kandang lalu segera disebarkan diatas lapangan terbuka atau ditimbun dalam tempat-tempat yang tertutup rapat sehingga tidak masuk lalat akan tidak memungkinkan lalat berkembang biak didalamnya. Keadaan kering akan mematikan larva dan bahanbahan organik yang kering tidak disukai lalat sebagai tempat bertelur. Timbunan kotoran hewan bisa disemprot dengan diazinon dan malathion (sebagai emulsi) atau
insektisida lain (Ronnel, DDVP).

Pembasmian Lalat Dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara:
1. Di dalam rumah: penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing agents.
2. Di luar rumah: fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan.
3. Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti: Diazinon 1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat.
4. Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi
kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot.
5. Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) :
Ini merupakan variasi dari residual spraying. Talitali yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai :
· Parathion : ini bisa tahan sampai 10 minggu
· Diazinon : ini bisa tahan sampai 7 minggu 

Karena parathion sangat toksis untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Kalau kulit terkena kontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara disetujui dengan air dan sabun.

Umpan Lalat
Lalat dewasa bisa juga dimatikan dengan umpan dicampur dengan insektisida. Umpan itu diletakkan ditempat-tempat dimana biasanya banyak lalat berkumpul. Sebagai umpan dipakai gula, dalam bentuk kering atau basah. Yang bisa dipakai ialah : Diazinon, malathion, ronnel, DDVP, Dibrom, Bayer L 13/59. Umpan lalat tidak boleh dipakai didalam rumah.

Pengendalian Vektor di Daerah Tanggap Darurat

Prisilia Pineng (101511156)
Rina Nitalessy (101511228)
Debby Roring (101511041)



Jika di sekitar lokasi penampungan pengungsi belum ada saluran air, harus dibuat saluran air darurat sederhana untuk mengalirkan air ke saluran umum atau lubang peresapan, dengan ketentuan konstruksi saluran atau lubang peresapan tidak menjadi tempat perindukan lalat dan nyamuk.
Jenis vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah lalat, tikus serta nyamuk. Upaya yang dilakukan berupa:

  • Pembuangan sampah/sisa makanan dengan baik
  • Bilamana diperlukan dapat menggunakan insektisida
  • Tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi pengungsi
  • Penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan sampah yang baik
  • Kebiasaan penanganan makanan secara higienis


Pelaksanaan pengendalian vektor pada kejadian bencana dapat dilakukan melalui :
1. Pengelolaan Lingkungan
· Menghilangkan tempat perindukan vektor seperti genangan air, tumpukan sampah
· Bersama sama pengungsi melakukan :

  • Memberi tutup pada tempat sampah
  • Menimbun sampah yang dapat menjadi sarang nyamuk
  • Membuat saluran air limbah
  • Menjaga kebersihan lingkungan
  • Membersihkan dan menjaga kebersihan jamban

Pengendalian dengan bahan kimia
Dilakukan dengan cara penyemprotan, pengasapan/pengkabutan diluar tenda pengungsi dengan menggunakan insektisida. Penyemprotan dengan insektisida sedapat mungkin dihindari dan hanya dilakukan untuk menurunkan populasi vektor secara drastis apabila dengan cara lain tidak memungkinkan. Frekuensi penyemprotan, pengasapan/peng-kabutan serta jenis insektisida yang digunakan sesuai dengan rekomendari dari Dinas Kesehatan setempat.

Pengendalian Vektor

Prisilia Pineng (101511156)
Rina Nitalessy (101511228)
Debby Roring (101511041)



Pengendalian Vektor
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda yang dapat memindahkan/menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada host yang rentan. Pengendalian vektor adalah suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan pupolasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan bagi kesehatan manusia. (Slamet JS, 1994).

Menurut WHO (Juli Soemirat, 2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
  1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang disebabkan oleh virus.
  2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter.
  3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan.
  4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
  5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap
Jenis-jenis Vektor.
Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat memindahkan/ menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya beruas-ruas, dan merupakansalah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang.

Ruang Lingkup Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control, pemusnahan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan.
Banyaknya tenda-tenda darurat tempat penanmpungan sementara para pengungsi yang diperkirakan belum dilengkapai dengan berbagai fasilitas sanitasi dasar yang sangat diperlukan, akibatnya banyak kotoran dan sampah yang tidak tertangani dengan baik dan akan menciptakan breeding site terutama untuk lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini akan menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai penyakit.
Keberadaan lalat dan serangga-serangga pengganggu lain merupakan vektor mekanik dari berbagai penyakit tertentu dan dari sisi lain keberadaan serangga tersebut menyebabkan gangguan bagi sebagaian orang. Pengendalian dilakukan secepatnya setelah kegiatan survei vektor dilakukan dengan berbagai cara termasuk menggunakan insektisida.

Tujuan pengendalian vektor
1) menurunkan populasi vektor serendah mungkin secara cepat sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
2) menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.
3) Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga pengganggu

Kegiatan pengendalian vektor dan binatang pengganggu
a) Survei cepat
b) Metode pengendalian

Pengendalian vektor dilakukan dari cara yang paling sederhana seperti perlindungan personal dan perbaikan rumah sampai pada langkah-langkah yang lebih kompleks yang membutuhkan partisipasi dari para ahli pengendalian vektor.

Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan mengeringkan atau mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur, menjaga tempat penampungan bersih, dan kebersihan.
b) Pengendalian secara mekanis

  • Menggunakan bednets
  • Perangkap
  • Penutup makanan

c) Pengendalian biologis

  • Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva, seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas, guppies)
  • Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva
  • Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain-lain


d) Pengendalian kimiawi

  • Penggunaan repellents Banyak masyarakat terbiasa menggunakan berbagai bahan sebagai repellents.Penggunaan repellents ini efektif dan tidak berbahaya, mereka dianjurkan untuk menggunakannya dalam situasi darurat, dan hal ini sebenarnya sudah umum pada sebagian masyarakat untuk memakai repellents yang terbukti manfaatnyanya.
  • Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray, fogging) untuk vektor dewasa
  • Larvicides untuk pengendalian larva Data resistensi terhadap insektisida akan berguna dalam membantu memastikan insektisida yang akan dipilih.